Jalan Komik

 

Seorang pemuda berusia 17 tahun bercita-cita menjadi seorang komikus. Namun karena kemampuannya yang terbatas, ia seringkali gagal.
Sementara itu, waktu tak sudi menunggunya. Penyakit yang dideritanya tak lama lagi akan segera merenggut nyawanya.
Di lain pihak, ada seorang teman sekelasnya yang berandal, tapi juga memiliki bakat menggambar yang luar biasa.
Takdir mempertemukan mereka dan mengukir kisah keduanya di Jalan Komik.

Penulis : Bayu Harditama
Penggambar : Fajareka Setiawan
Penerbit : KOLONI

Peringatan : (kayaknya saya kudu mulai niru mas Peter Prabowo dengan ngasih peringatan di tiap review. Lama kelamaan saya makin… objektip. Heuheuheu. Semoga ngga kelihatan-kelihatan amat yak…?) Review ini penuh dengan pujian setinggi surga dan hinaan sedalam neraka. Penulis review ini AGAK feminis. And hate lovey-dovey-too-sweet-typical-scenes. Dan sedang mengidamkan sesuatu yang lebih lokal. Tapi pada intinya, jadikanlah review ini sebagai cambukan cinta~.

Peringatan tambahan : ada EDITAN di bagian bawah. Jangan lempari saya sebelum baca komiknya sampai habis.

Saya berharap banyak sama komik ini. Pertama, karena saya sudah pernah lihat naskah gambarnya yang seukuran A3 di Lesehan Studio, tempat di mana Fajar dan Bayu (yang komikus) berkarya. Dua, setahu saya, Fajar adalah asisten Matt0 ketika membuat 1SR6, sedang Bayu terlibat dalam pembuatan cerita 1SR6. Jadi keduanya jelas bukan orang baru dalam dunia perkomikan. Ketiga, kualitas gambar yang menjanjikan dan background yang bisa mbikin saya misuh di teaser FB Koloni. Keempat, judul ‘Jalan Komik’ menarik, terutama untuk saya yang ingin menggeluti pprofesi sebagai komikus. Jadi pada intinya, kembali saya ulang, saya BERHARAP BANYAK pada komik satu ini.

First Impression
Personally, I like the color theme. Sampulnya sesuai selera saya yang tidak terlalu suka warna-warna cerah. Tapi kalau boleh usul, objeknya lebih dipertegas lagi. Saya paham maksud sampul ini, yakni ingin menunjukkan 3 anak yang berlari di antara terpaan kertas-kertas komik. Tapi cover ini masih bisa dipertegas lagi. Mungkin dengan cara memperbesar objek manusianya, atau menghilangkan garis hitam di bagian bawah dan menempatkan nama pengarang ke dalam bagian kosong pada gambar. Saya kurang sreg sama warna hitam yang kelewat besar pada bagian judul.
Secara keseluruhan, covernya cukup apik dan kalau nggak mbaca nama pengarangnya, orang ngga bakal tahu deh ini komik dari negara mana.
Intinya : Rada kurang manteb, tapi oke deh. Toh orang awam ga bakal mikir sampulnya seimbang kiri kanan atau sesuai dengan teori-teori warna atau nggak.

Art
Sompret. Kepret. Bah. Tingkat keapikan backgroundnya tinggi, saya sampai ngga menemukan kata-kata pujian yang tepat, makanya misuh aja. Maksud saya baik kok, oke? Detil backgroundnya oke. Saya bisa merasakan kedalamannya. Dan minimal, saya bisa tahu mereka berada di mana dan dalam situasi apa tanpa saya harus berpikir panjang. Dan saya sebagai penghuni kota Yogyakarta merasa harus bersujud pada adegan di mana si tokoh utama muncul untuk pertama kalinya. Jembatan layangnya asoy, bung. Karna ada gambar tokeknya, jadi kemungkinan ini Jembatan layang Janti, yah? 😀 *sokteu*
Di komik ini, saya banyak menemukan pengaturan angle/sudut pandang baru, misalnya fish eye/gambar gembung. Fajar bisa mengatur sudut pandang yang termasuk jarang dipakai ini sehingga bisa menambah kedinamisan alur cerita.
Saya sreg sama toningnya. Pas. Eh, ada yang rada mengganjal pas adegan mereka nyelametin karakter ceweknya. Tonenya agak gede. Tapi ga masalah deh, secara keseluruhan tetep enak dilihat.
Pengekspresian karakternya oke. Adegan-adegan slaptick/banyolan fisiknya lumayan menghibur walau hati saya tetap merasa ada bagian-bagian yang mengganjal. Masalahnya, saya mempersiapkan hati untuk membaca komik INDO, bukan komik JEPANG. Dan adegan-adegan slaptick itu banyak ditemui di komik/dorama Jepang dan notabene… agak sulit bagi saya untuk membayangkan orang Indonesia beradegan demikian (oke, saya pernah mengalami masa-masa ‘sok-Jepang-banget-gitu-loh’ di mana saya suka beradegan slaptick sendiri… tapi itu kan udah bertahun-tahun lalu ;A;…dan kalau diingetin lagi bahwa saya pernah kaya gitu… rasanya rada malu =///_///= ). Penggunaan adegan slaptick memang menyenangkan karena dia bisa mengekspresikan perasaan si tokoh dengan bebas. Tapi kalau nggak hati-hati, dia bisa menghancurkan sebuah moment serius yang sudah dibangun dengan sedemikian rupa. Point ini saya tujukan untuk scene ketika tokoh Bayu selesai menyelamatkan tokoh Fajar. Saya seharusnya terhanyut pada keseriusan tokoh Bayu demi menyelamatkan tokoh Fajar, sampai-sampai Bayu kehilangan ‘kewarasan’. Tapi langsung rontok begitu tokoh Bayu berslaptick ria. Seakan-akan saya mau teriak “eh, lu serius ga sih!?”.
Eh eh eh… satu lagi 😀 adegan ciumnya… pake acara monyong-monyongan. Ahahahaha. Well… sorry, but it’s supposed to be a serious scene, no? Dan saya kira, ngga perlu pakai adegan monyong aja bisa kaaaa…n?

Eh, eniwei. Gambarnya Fajar mirip sama gambarnya Matt0. Apa karna efek tinggal bersama dalam satu atap dalam waktu yang lama? (Baca: satu studio). 😛

Story
Awalnya, saya berpikir… “It’s so BAKUMAN.” (buat yang belum pernah baca Bakuman, silakan klik linknya dan baca sinopsisnya). Karakternya ada dua, yang berambut ‘terang’ dan berkacamata sebagai tukang tulis dan berambut gelap sebagai tukang gambar. Awalnya sama, yang tukang gambar menolak untuk bekerja sama sedang yang tukang cerita mendesak-desak terus dengan berbagai cara. Tapi dugaan saya SALAH. Ini bukan Bakuman. Pembaca disodori oleh perjuangan kedua orang ini dalam menciptakan sebuah komik dengan menitik beratkan pada konflik pribadi antar karakter—bukan konflik tentang proses penciptaan komik itu. Sedikit sayang, tapi di sisi lain, it’s okay karena pada akhirnya komik ini jadi lebih original.

Inti ceritanya bagus. Ada “introduction – problem – climax – anti climax – ending” yang cukup jelas. Ada batas waktu bagi si karakter untuk menyelesaikan ‘misi’nya, membuat ketegangan dalam komik ini jadi berlipat. Ada ‘musuh’ yang harus ditaklukkan dan ‘trophy’ yang didapatkan. It’s a sweet story with a good conflict.

Yea, a good conflict seandainya kita cuma melihat dari loglinesnya aja. Mari kita bongkar aspek-aspek berikutnya.

Joke-jokenya lucu dan bisa membuat saya tersenyum. Beberapa joke slapticknya terkesan salah tempat seperti yang sudah saya bilang sebelumnya. Tapi kalau dipikir lagi, mayoritas joke slaptick ini bisa jadi untuk menonjolkan sikap Bayu yang ingin terlihat tegar. Okelah. Nice try. Saya tahu kau ingin orang hanya melihat wajah tertawamu dan bukan wajah menderitamu, begitu bukan, saudara Bayu? (Oke, saya mulai rancu antara Bayu-karakter/tokoh dengan Bayu-penulis)

Saya pada awalnya masih menikmati ceritanya hingga… ada SHURIKEN yang merusak kenikmatan baca saya. Kemunculannya yang sekilas ini membuat saya berhenti membaca sepersekian detik hanya untuk mengucap ‘wadepak’ dan berpikir : Seperti apa sekolahnya? Seberandal itukah sampai ngga memperhatikan kalau muridnya melanggar aturan sedemikian rupa? Mengapa harus shuriken? Dari mana dia bisa dapat shuriken? Ngga pakai pisau lipet aja? Bajunya ngga sobek kalau shurikennya disimpen di kantong?
Dan sepersekian detik berikutnya saya pakai untuk berpikir positif : Oh, mungkin shurikennya hand made atau special order. Dan karena ukurannya kecil, bisa disimpen-simpen di kantong makanya jarang kena razia. Toh kalau kena razia, si Fajar juga tampaknya rela-rela aja dikeluarin dari sekolah. Udah kepalang basah dicap berandal soalnya. Trus baju seragamnya terbuat dari bahan spesial. Atau shuriken itu udah disembunyikan di tepi jalan karena Fajar udah bisa nerawang kalau dia bakal diserang dan—cukup. Oke. Lanjuuut…

Saya berhenti membaca hanya karena memikirkan hal sepele. Terlepas dari penggunaan logika dan akal sehat, faktanya adalah : saya berhenti membaca sejenak hanya untuk memikirkan hal yang sepele. Ingat itu.
Di Comic Bomber sempat dibilang kalau “komikus adalah PENIPU”. Penipu yang harus bisa menipu orang-orang yang membaca ceritanya sehingga mereka terlena.. Semakin profesional komikusnya, semakin pembaca tidak merasa kalau mereka tengah diseret ke dalam dunia rekaan si komikus. Ketika si pembaca mulai berpikir ulang tentang ‘tipuan’ itu, dunia rekaan itu mulai retak. Dan ketika pembaca sudah membuang karya bersangkutan sambil berkata “nonsens”/”ngga mungkin banget sih”, itu artinya tipuannya telah gagal. Dunia yang dibuat si komikus hancur.
Jadi bagi saya, dunia ciptaan Bayu dan fajar ini sedikit retak karena saya mulai berpikir asal usul si shuriken.

Topik berikutnya adalah mengenai LEUKEMIA yang diderita Bayu.

===============

Gejala-gejala umum leukemia :
– Demam atau berkeringat pada waktu malam
– Infeksi dalam frekuensi sering
– Perasaan lemah atau lelah
– Sakit kepala
– Perdarahan dan mudah memar (gusi berdarah, lebam atau titik-titik merah di bawah kulit)
– Pembengkakan atau rasa tidak enak pada perut akibat pembesaran limpa
– Nyeri pada tulang sendi
– Pembengkakan nodus-nodus getah bening, terutama pada leher atau ketiak
– Kehilangan berat badan

Pada leukemia tingkat awal, sel-sel leukemia berfungsi hampir normal sehingga tidak ada gejala yang berarti. Ketika gelaja-gejala mulai nampak, biasanya akan memburuk secara berangsur-angsur.

Gejala-gejala umum leukemia akut :
– muntah
– bingung
– serangan epilepsi
– kehilangan kontrol otot
– pembengkakan testikel
– luka-luka pada mata atau kulit
– mimisan
– dan mempengaruhi bagian-bagian lain seperti paru-paru, saluran pencernaan dan ginjal

Leukemia akut bisa mengakibatkan seseorang meninggal dalam waktu hitungan bulan. Tapi penderita leukemia awal bisa bertahan hingga lebih dari satu tahun. Tapi tidak jarang, ada juga yang bisa bertahan dan sembuh dengan pengobatan yang tepat.

Data tambahan dari obrolan dengan ibu saya yang berprofesi sebagai perawat lebih dari 20 tahun :
Secara fisik, penderita leukemia tampak seperti orang sehat. Kelewat sehat sampai mereka merasa ada gejala-gejala seperti yang saya sebutkan di atas. Tidak jarang ada yang mendapati dirinya terkena leukemia akut pada check up pertama. Penderita leukemia bisa mengalami batuk darah, tapi tanda-tanda ini tidak umum. Tanda-tanda lain yang biasa diderita adalah mimisan, badan lebam-lebam (pendarahan dalam) atau muncul binntik-bintik merah di bawah kulit. Penderita leukemia disarankan untuk terapi secara reguler (saya lupa nanya bentuk terapinya kaya apa aja, tapi waktu mbaca data di google saya langsung menyerah). Sewaktu kambuh, penderita benar-benar kelihatan sakit. Tapi begitu diterapi (tambah darah or anything), mereka sehat kembali layaknya orang biasa.

Oh ya, apa saya lupa bilang kalau data-data di atas ngga perlu di baca kecuali Sampeyan sekalian pengen tahu lebih soal leukemia?

=====================

Capek? Sama. Data ini sudah saya edit supaya tampak lebih sederhana, tapi saya sudah mencapai ambang batas. Tugas memahami referensi bukan tugas pembaca. Itu TUGAS KOMIKUS untuk mencari data-data untuk meyakinkan pembaca dan membuat mereka mengerti tanpa membuat si pembaca itu ngantuk dan bobok.

Karakter Bayu cukup beruntung karena dia bisa hidup cukup lama, lebih dari 2 tahun setidaknya setelah dia divonis berpenyakit leukemia (karena bayu cerita pada Fajar kalau penyakitnya bahkan sudah jauh lebih lama sebelum Fajar bikin komik. Hitungan terminimal adalah : Fajar bikin komik waktu kelas 3 SMP, dan saat itu mereka kelas 2 SMA) dan batuk berdarah-darah minimal 2 kali sepanjang buku. Ditambah lagi, penderita leukemia kita ini mampu menghajar …minimal 7 orang berandal sambil angkat-angkat kapak. Hmm… maybe it’s what we have to call : MIRAKURU~

Totally MIRAKURU. Mirakuru romansu~ /nyanyi /ignoreme

Maaf. Pada awalnya, saya ngga terlalu peduli Bayu sakit apa. Yang penting, dia batuk darah dan mau mati. Dan semua orang yang batuk darah di komik/sinetron 90% biasanya bakal mati. Kebimbangan mulai datang ketika ada beberapa orang teman yang menyebutkan, “Leukemia kok batuk darah, to? Batuk darah rak TBC?”. Hal itu yang mendorong saya untuk googling mengenai leukemia dan mendapat data seperti yang sudah saya paparkan di atas.

Dari data yang saya dapat, memang memungkinkan bahwa penderita leukemia mengalami batuk darah. Tapi batuk darah pada penderita leukemia termasuk insidentil / bisa terjadi namun jarang. (Mungkin kalau mau dijelaskan secara logika, kejadiannya BISA seperti ini: penderita leukemia ada kecenderungan untuk mengalami pendarahan kulit. Jika kebetulan si penderita mengalami batuk parah, batuk itu akan menimbulkan iritasi kulit tenggorok dan mengakibatkan luka pada tenggorokan serta menimbulkan batuk darah. Tapi darahnya nggak lebay, sumpah.) SAYANGNYA, batuk darah identik dengan TBC, di mana darah keluar dari paru-paru yang terinfeksi.

Melihat dari data di atas, mungkin kurang bijak jika Bayu-penulis memilih ‘batuk darah’ sebagai cara untuk menunjukkan bahwa Bayu-karakter menderita leukemia. Kalau saya boleh memberi saran, ada baiknya jika dalam cerita diselipkan beberapa scene ketika Bayu-karakter secara berkala tidak masuk sekolah dan mengikuti tes darah/transfusi darah/perawatan leukemia secara diam-diam. Terlihat lebih ‘leukemia-ish’, no?

Berikutnya adalah… scene di mana Bayu bisa menghajar 7 orang berandal dengan tongkat, mengambil kapak yang kebetulan ada di dekatnya dan mengayun-ayunkannya ke arah si kepala berandal.
. . . sebenarnya saya agak nggak terima kalau fisik yang sangat terbatas sampai batuk darah beberapa kali itu masih mampu untuk menghajar orang-orang sehat-kuat-ceria sebanyak 7 orang. Tapi… yah… The Power of Dream sekali lagi membuat segala yang tak mungkin. Ini komik cowok, guys! Mirakuru romansu bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Kalau kau pikir bisa, kau pasti bisa. Dan mirakuru ini berlangsung hingga beberapa bulan berikutnya, walau besar harapan saya melihat si Bayu ambruk dan sekarat gara-gara penyakitnya kambuh setelah menghajar orang-orang itu. Bayu berhasil bertahan, pembaca! Mirakuru roman—okay, this joke’s getting lame. Ini keajaiban alam. Aku mempercayainya. Ini keajaiban alam.

Oh wait.

Bayu AMBRUK! Dan batuk darah lagi! Tapi karena scenenya digambarkan berupa joke, jadi walau sudah berdarah-darah dan lingkaran malaikat sudah muncul di kepala Bayu, si Fajar dan Amel tetep ngga sadar BETAPA PARAHNYA sakit si Bayu. Anak malang…

Yang mau saya bahas berikutnya adalah mengenai penokohan si Amel. Sebagai cewek, saya nggak suka dia loh~ 😀 Habis, bisanya cuma diculik, nangis, ditolong, mbeliin makanan, dicium, dan dipeluk-peluk. Aaah… di mana fungsinya~? Kalau tokoh si Amel ini diganti dengan bantal mungkin ngga akan banyak bedanya—oke, maaf. Saya terlalu ekstrim. Yang mau saya bilang sih… buat Amel sedikit lebih BERGUNA lagi, bro! Walau sasaran pembaca primer komik ini adalah kaum Adam, jangan lupa kalau ada kaum Hawa sebagai pembaca sekundernya. Penokohan semacam ini memang bisa terjadi sekali dua kali dan saya masih rada maklum –walau agak makan ati-. Tapi scene serupa juga pernah muncul di 1SR6, di mana yang saya ketahui, Bayu-penulis terlibat dalam pembuatan ceritanya. Karakter wanita, biasanya digambarkan nangis, jadi korban dan ngga berbuat apa-apa sampai akhirnya mereka jadian dengan tokoh utama. Ah. Well. Yah. Tapi sebagai tokoh cewek, si Amel manis kok. (Amel saya puji, karena ngga adil kalo dia saya hina terus. Ntar nangis.).

Dan Bayu-penulis, PLEASE! Jangan ada lagi adegan tipikal cowok jatuh di atas badan cewek gara-gara kesandung lalu mereka blushing dan saling mengucap kata cinta dan ditutup dengan monyong-monyongan! Bahkan beberapa kaum kami jarang baca romantisme yang begituan ;A;!!! Kalau ada cowok yang saya sukain jatoh di atas badan saya, apalagi kalo hampir kena dada saya, MOST likely bakal saya HAJAR, minimal saya dorong biar dia minggir. Bukannya malah ditarik tangannya dan berblushing-blushing ria.

Saran saya untuk siapapun yang mau bikin cerita soal lawan jenis (termasuk diri saya sendiri) : lihat sekelilingmu, pelajari sikap temen-temen lawan jenis kamu, tanyai pendapat mereka mengenai ceritamu—apa sudah masuk logika atau belum. Komik bukan mengenai kamu, kamu dan kamu semata. Tapi mengenai bagaimana kamu berkomunikasi tentang lingkungan sekitarmu dengan orang lain.

Akhir kata, komik ini cukup baik untuk dibeli. Seenggaknya, backgroundnya sangar dan inti ceritanya cukup mudah dipahami. Ending yang cukup tragis dengan pesan yang jelas : Jangan menyerah sampai nafas penghabisan. Teman-teman pembaca yang merasa bahwa bahasa saya di beberapa bagian cukup sadis, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. It’s a good comic, really. Makanya ketika saya merasa komik yang berpotensi tinggi ini jadi ‘bocel’ hanya gara-gara hal-hal sepele, saya agak gemes. Gemes. Mes. Mes. Nanggung gituh. Kalau mau jelek, jelek aja sekalian. Kalau mau bagus, bagusin sekalian. Hahaha… yah… saya reviewer berego tinggi. TwT

ADDITION dan EDITAN: Trims buat Alfa yang udah mengoreksi informasi yang saya dapat. Kuping saya memang kudu banyak-banyak dibersihkan. Ternyata Bayu tidak terlibat dalam penulisan 1SR6, jadi 1SR6 murni bikinan Matt0. Hal ini membuat saya semakin kagum. Efek tinggal dalam waktu lama di bawah satu atap memang luar biasa. *kabur*

 

Tjatatan Ketjil : Mas-mas berdua ini kalo mbikin komik fantasy sekalian keknya pas deh. Karakter cowonya ‘hero’nya kentel banget gitu~

About pemerhatikoloni

adalah salah satu pembaca Koloni, Komik Lokal Indonesia, yang ingin membagikan beberapa pendapatnya.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

15 Responses to Jalan Komik

  1. alfa says:

    wow dah di review….XD
    kerenn…:D

    btw bayu ga trlibat ma crita 1SR6 kok….^^
    tu crita ori buatan matto…:D
    1 studio tapi crita dibuat pribadi…hehehehe

  2. Adriane says:

    *nyengir*
    pembahasan udah via ym ;D

  3. Rhea Silvan says:

    Wah Osa rajin banget reviewnya. Saya jadi pengen ikutan komen nih.Komik ini gambarnya bagus, tapi rasanya dibuat untuk refleksi diri dari dua orang pembuatnya. Pertama, nama tokoh yang sama dengan nama creator. Kedua, sosok dua cowok tokoh utama yang sangat ‘hero’. Ciri khasnya, ada tokoh cewek yang lemah dan tidak berdaya yang perlu diselamatkan oleh si tokoh utama. Cowok2 biasanya punya ‘hero complex’ dalam diri mereka dan setelah membaca komik ini saya punya dugaan kalau si pengarang merefleksikan pribadi yang ingin ia raih/ jadikan dalam komiknya. Walaupun tokoh utama memang seharusnya adalah seorang ‘hero’ tapi cara penyampaiannya janganlah terlalu gamblang, janganlah terlalu perkasa. Rasanya si tokoh jadi malah sedikit ‘belagu’ ^^; Kalau kita perhatikan sebagian besar komik shonen, tokoh utama nya biasanya bloon dan bodoh. Kalaupun ia nantinya menjadi ‘hero’, itu ia raih karena keadaan yang memaksanya demikian. Bukan karena ia bertindak dan berkelakuan untuk menjadi hero.

    • Aaah… kasusnya sama dengan ‘cinderella complex’ buat cerita cewek ya? XD Di mana harapan anak-anak cewek untuk diangkat dari kehidupan nista, masuk ke kehidupan bahagia dan kaya dan ketemu pangeran.

  4. Sumpah detail abis ampe dibahas leukimianya yang tadinya saya ga peduli tu penyakit gejalanya apaan aja karena dah terbius ama yang harusnya ‘jago ngomik’ tapi lebih ke ‘jago berantem’. mantap dah Osa kalo ngereview. Sa, kamu jadi editor perolehan Koloni jg aja, saya dukung 100%!! ini ngereviewnya aja bisa ampe detail dan ngasih link yang sangat membantu penjelasan (kecuali lirik lagunya yang ga penting itu sih, hehe).

    Kalo menurut saya pribadi tanggapan kamu tentang blushing2 ala jepang itu sangat membantu saya dalam memahami reaksi pembaca komik indo yang mantan ‘sok-Jepang-banget-gitu-loh’, hehe, tenang aja sy jg sama kok kasus mantannya itu 🙂 Moga-moga adegan romantis ala saya yang bakal muncul di B.O.C.A.H 2 cukup ngena buat Osa *Promosi mode on

    • ah, nggak lah bang 🙂 saya masih jauh di bawah standar editor. Ini kalo temen2 saya ndak berkicau, saya juga ndak peduli. Hahahaha. Saya malah lebih peduli sama adegan kesasar sampe jam 3 malem. I mean… Jogja seluas apa sih sampe nyasar selama itu, apalagi kalau orang Jogja asli. Tapi dalam hal ini, orang yang tahu aja yang bakal mempertanyakan. Sama kaya leukemia. Orang yang tahu aja yang bakal mempertanyakan. Tapi masalahnya, yang tahu soal Jogja mah orang-orang tertentu aja sedang TBC dan leukemia bolehlah dibilang pengetahuan ‘umum’.

      Saya tunggu adegan romantismenya bang >wO

  5. wwoooooow..
    amaaaaziiinng.. XD
    senangnya hati ini.. reviewnya detil bgt.. >..<'
    ini bisa jadi pelajaran buat kita di komik" selanjutnyaa..
    trimakasih sekali mb osa sudah baca jalan komik.. ^^

  6. Nice review terutama detil Leukimianya. Wa juga udah bikin satu di FB,

    http://www.facebook.com/note.php?note_id=493908964062

    DAN LU DARI ZAMAN KAPAN TAHU LAGGU SELERMUN!? XD

  7. daris says:

    wah… reviewnya bagus2 mbak, :p
    salam kenal ya.. saja dari jaman dulu pengen buat review tentng komik2 Koloni, tapi ada bbrapa kendala yang tidak mengizinkan, :D, semoga bisa teratasi…

    saya juga dapat beberapa pelajaran bikin komik dari review2 yang mbak tulis..

    btw, sya kaget ternyata anda orang Yogya, wwkwkwkw

  8. daris says:

    nanti mbak, :p pasti saya link,

    karena saya juga orang yogya, wkwkwkwk

Leave a comment