FIX-UP

Ketika menghadapi ketidakpuasan dalam hidup, benarkah apa yang kita inginkan adalah solusi yang tepat? Jika meminta pada orang lain bisa menyelesaikan masalah, apakah manusia bisa puas dengan hasil yang tidak dia usahakan sendiri?

“Fixer di kota ini cenderung menambah masalah dibanding menyelesaikan masalah…
Mulai dari membuat orang terus menerus menjalani hari yang sama, sampai membuat seluruh kota kebanjiran hamster. Padahal fixer mestinya adalah makhluk penolong…”

By : Ekyu
Penerbit : KOLONI

Saya dari dulu udah ngepens sama EKYU 🙂 mungkin sejak jamannya Tabloid HOPLAA jaman SMP dulu. Mungkin ada yang pernah sezaman sama saya? Hahaha. Pas jaman dulu, gambar2 Ekyu termasuk yang amazing, toning dan penintaannya rapi serta gambarnya khas (rada-rada kaya CLAMP, tapi siapa sih yang pada awal debutnya ngga terpengaruh sama artist tertentu?). Jadi ketika FIX UP muncul ini, saya udah banyak berharap banget, komik ini akan memberi saya kepuasan seperti yang sudah-sudah. Kayaknya Ekyu dari dulu sering mbikin komik-komik fantasy semacam ini. Saya malah kaget waktu debutnya di Koloni, beliau-beliau ini malah mbikin komik yang ‘membumi’: MORTE. (Soal Morte, akan saya bahas di postingan berikut. Komiknya nyelip entah ke mana nih TAT…)

First Impression
Colorpuulll~~~ *///w///*
Warnanya seger, dingin dan… cukup merepresentasikan apa yang mau diungkapkan di cerita tersebut. sebuah cerita fantasy yang melibatkan beberapa individu, dengan bocah di sampul depan sebagai tokoh utama. Cuma, sayang banget gambar orang-orang di dalam bola itu ngga kelihatan. Jadi rada sayang aja, nampang di depan cuma sebagai tempelan 😛 Tapi karena udah ada si ‘Fixer’ sang tokoh utama, jadi ngga terlalu masalah. Gambar latar belakangnya yang rumit juga mengindikasikan kalo ini komik ngga dibuat sembarangan. Ah, cover memang segalanya XD. Orang bisa ngambil atau ngga jadi ngambil buku tertentu bisa diakibatkan karena cover. Tapi sebaiknyalah, kualitas cover dengan kualitas halaman dalam ngga terlalu beda jauh (jadi intinya, luar apa dalem, bikinlah yang bagus <<permintaan buat semua komikus

Art
Gimana ya… saya oke-oke aja sama art mbak-mbak yang satu ini. Denger-denger kalo buat standart Jepang, linenya sih ketebelan. Tapi buat mata saya, pas-pas aja. Gambarnya emang manga dan karrttttuuunnnnnn banget, tapi lihat dulu isi ceritanya. Kalau ada buku cerita yang bisa menghibur sekaligus ‘menggurui’ tanpa merasa digurui, itulah Fix-Up. Perbedaan karakter satu dengan karakter yang laen cukup terasa. Pembuatan karakternya rada-rada klasik (cewek pemarah, cowok pendiam, cewek ceroboh, dll), tapi kelebihannya : JELAS. Saya bilang, di komik FIX UP ini, Ekyu cukup berani memainkan panelling yang ngga biasa–mengingatkan saya sama komik BOCAH. Dia tidak takut menyejajarkan kotak dengan kotak dengan kotak dengan kotak (yang berarti: banyak kotak) dalam satu halaman, dan hebatnya, penyusunan panel yang demikian tidak membuat pembaca (minimal saya) bosan. Detail gambarnya oke. Beberapa toning–terutama yang banyak daerah abu-abu agak mengganggu, tapi sekali lagi bisa dimaafkan 😀 . Apalah arti setitik tuba dengan lautan susu. Haghaghag.

Story
Saya suka. Hahahahah. Bodoh. Konyol dan tolol.
Oke, mulai dari temanya dulu : “Ketika menghadapi ketidakpuasan dalam hidup, benarkah apa yang kita inginkan adalah solusi yang tepat? Jika meminta pada orang lain bisa menyelesaikan masalah, apakah manusia bisa puas dengan hasil yang tidak dia usahakan sendiri?” Jujur, saya seneng sama tema ini. Tema membumi yang cukup menggelitik karena sering kita temui sehari-hari. Ambil contoh aja, mengenai anak-anak SMA yang mencontek <–berhasil mengerjakan ulangan tapi bukan dengan usaha belajarnya sendiri. Yaah… intinya tuh mengenai “bener ngga sih kalau kita mendapatkan sesuatu tapi dengan bantuan orang lain dan bukan dari usaha kita?”. Jawaban itu ada pada diri masing-masing. Komik ‘Fix-Up’ ini hanya membantu pembaca untuk membawa pertanyaan itu ke permukaan. 🙂

Tema mendasar itu oleh komikusnya dibawa ke permukaan dengan gaya joke (yang sangat kontras dibanding komik-komik terdahulu: Chiaroschuro dan Morte) harian, melalui tokoh-tokoh:  seorang gadis yang umurnya jadi bertambah panjang, pemuda kantoran yang setiap harinya mendapat kejadian berulang, anak kecil yang orang tuanya bergabung dalam satu badan, cowok pendiam yang tiba-tiba punya kembaran dan cewek yang piaraannya jadi ribuan (atau puluhan ribu). Dari temanya aja udah menarik, ditambah lagi masalah-masalah yang ‘eyecatching’ alias ngga biasa, plus gambar yang ‘blink-blink’ dan menyenangkan.

Joke-jokenya masuk banget. Saya (yang notabene kata orang susah ketawa kalo baca komik lucu) bisa ngakak di beberapa spot. Gerak dan bahasa tubuh para karakter ini sesuai banget sama joke yang dibawakan. Komikusnya tahu kapan harus menggambar chibi (karakter-karakter cebol) dan kapan harus menggambar karakter yang serius. Dan hebatnya, saya ngga tahu kapan jokenya bakal keluar. Bisa saja di salah satu adegan yang cukup ‘serius’, jokenya mencuat begitu saya. Tapi tenang, joke-joke itu ngga mengganggu bagian-bagian yang memang serius dan penting kok.

Khasnya Ekyu, kalau saya perhatikan dari dulu adalah: ceritanya selalu detil. Ya. Detil sampai ke bagian-bagian yang kecil. Bahkan kalau sampai kita melewatkan salah satu informasi, cerita di kepala kita bisa bubrah (kejadian nyata, saya musti membaca Chiaroschuro, Morte dan Fix-Up beberapa kali untuk menyatukan ‘mata rantai yang hilang’). Entah ini bisa dibilang ‘nilai tambah’ atau ‘nilai kurang’, saya nggak tahu. Satu sisi, bagus banget karena ceritanya bisa detil. Sisi jeleknya… naro hintsnya itu kadang-kadang di tempat yang ngga kelihatan sama sekali. Saya sampe ngarep suatu saat Ekyu bakal bikin serial detektif, di mana hints harus disembunyikan di tempat yang sangat tersembunyi. Haghaghag. Becanda.
Lalu, pada beberapa bagian, saking padatnya informasi, ceritanya jadi rada ‘menyesakkan’. kalau untuk saya, terutama di bagian chapter ‘X-rimia’. Ketika karakter tengah dikejar lautan hamster, mereka harus menemukan Fixer. Dan out of blue, salah dua karakter menyebutkan bahwa ada programmer yang kemungkinan bakal ditemui si Fixer. Dan mereka segera berlari menuju ke rumah si programmer dan pas banget bisa ketemu tempat yang dicari. Dan setelah berhadapan dengan programmer setelah diselingi informasi soal apa itu ‘X-rimia’, tiba-tiba Fixer muncul begitu saja dan mengacaukan situasi. Jadi bertanya-tanya, mungkinkah jumlah halaman menjadi masalah untuk menjabarkan cerita ini menjadi lebih ‘kalem’ dan bukannya bertubi-tubi semacam ini? Well…only God knows 😛

Overall, ini komik menghibur banget. Kemunculan Vixen di bagian akhir bab menimbulkan rasa penasaran. Saya ngarep, di buku selanjutnya ada masalah yang lebih besar yang melibatkan si Vixen dan mengorek soal apa dan siapa para Fixer ini sebenernya. Ah, manusia kok seneng banget sama masalah ya =3=a. Huhuhuh. Masalah membuat dunia ‘indah’ deshou~?

Note buat mbak-mbak Ekyu : saya tunggu kaos Fix-Upnya :D~ *siapasaya.com*

About pemerhatikoloni

adalah salah satu pembaca Koloni, Komik Lokal Indonesia, yang ingin membagikan beberapa pendapatnya.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

6 Responses to FIX-UP

  1. rin says:

    jyaaah baca Hoplaa jugaa 😀 😀 iya dulu baca Ekyu pertama dia tabloid itu yaa.. gw gunting2 biar bisa dibaca kaya komik wkwkwkwkw tp ke mana tu ya sekarang klipingan ekyu-nya ;__; anyway, love this comic too!!!

  2. Kuro Hoshi says:

    Wiii…sama dong! Aku nge-fans ma Ekyu sejak komik MORTE muncul!

    Cerita oke, gambar mantab!
    Fix-Up bikin ngakak! Oke banget deh!

  3. anca sulaiman says:

    apa PRINCESSA bisa mejeng kayak gini juga???? ^_^

Leave a comment