Editor Oh Editor

EDITOR OH EDITOR
by. Daisy Ekawati

Saya punya editor. Saya penerjemah, kadang2 ngedit juga, tapi banyakan jadi yg diedit. Mulai dari diedit dikit sampe bagian2 yg kudu dirombak total. Editor saya seorang mbak2 yg dgn kurangajarnya tdk saya anggap editor, tapi mbak betulan, alias kakak. Jam terbang mbak ini JAUH lebih tinggi dr saya. Ibaratnya, saya tokolan alias kecambah kacang ijo yg baru mulai nongol daunnya setelah ditebar ke tanah belum lama ini sedangkan mbak saya ini sudah jadi pohon yg berurat berakar meski masih cukup muda. Pokoknya bagai langit & bumi. Beberapa orang MENYANGKA saya cukup hebat & saya minta mereka kenalan dgn mbak yg satu ini utk mengetahui apa-siapa yg sebenernya SANGAT LAYAK dianggap hebat.

Tugas editor? Gila berat luar biasa. Sejauh ini, saya belum kuat utk mengambil alih tugas sbg editor. Novel calon editan menumpuk setinggi kepala di meja, antri tiada henti, deadline tiada akhir terus memburu.Selalu multitasking, bisa ngerjain fiksi & nonfiksi sekaligus. Kadang buku fotografi beriringan novel fantasy romance. Atau buku membatik & novel historical. Kadang lebih parah lagi, bisa 3 buku yg bedanya bak langit & bumi dihajar barengan. Terbayangkan gimana caranya membagi otak dalam kasus begini? Saya, jujur saja, susah membayangkannya, apalagi melakukannya sendiri. Spt yg saya katakan tadi, saya masih kecambah yg entah kapan bisa sanggup bekerja sekelas mbak saya ini.

Saya sering sakit hati kalo ada yg mengucapkan kalimat2 bernada apriori terhadap jasa editor. Entah disengaja atau tidak. Entah dlm skala kecil atau besar. Entah itu editor komik/novel/buku referensi umum/buku teks. Ini bukan karena saya juga TERKADANG menjadi editor. Tidak, sama sekali tidak. Ini lebih pada perasaan & penghargaan. Bagi saya, editor saya BENAR-BENAR coach saya. Dalam hidup & dalam tulisan. Dia bukan hanya ‘tukang kontrol’ atau ‘mandor tulisan’, dia juga menyerasikan setiap patah kata yg tertera dgn sense sebuah karya, entah fiksi/nonfiksi, secara keseluruhan. Editor juga yg membangkitkan semangat saya saat BADAI MALAS melanda, saat saya sumpah sambar geledek kehilangan minat mengetik satu pun halaman terjemahan. Saya diingatkan bukan dgn momok ala genderuwo bernama deadline, tapi lebih dgn pengingat bahwa ADA orang2 yg menanti karya saya. Para pembaca & penggemar yg harap2 cemas menanti karya berikutnya. Penginga yg bukan cuma membangkitkan semangat, tapi juga membuat saya merasa dinanti & dibutuhkan.

Saat SMU, saya pernah dijuluki ‘nona editor’ dalam chapter tertentu hidup saya yg sayangnya skrg sudah pudar. Waktu berlalu, alih-alih menjadi ‘nona editor’, kini saya seorang ‘nona penerjemah’. Yang masih sangat amat super jauh dari sempurna. Nona editor adalah mbak saya, yg dgn telaten memeriksa typo2 saya yg segunung banyaknya, mengecek ulang ‘hobi’ saya yg lupa memberi font bold atau italic atau <span>underline</span>, membenahi struktur kalimat saya yg terbalik2 antara bhs Indonesia & Inggris. Yg tidak lupa mengajak saya brainstorming ttg pemilihan cover, bonus novel, sense kalimat yg lebih menggelitik rasa penasaran pembaca & berton-ton ilmu baru lainnya.

Bagi saya, punya seorang editor sungguh pengalaman LUAR BIASA. Bagi saya, editor adalah teman, life coach, tempat brainstorming yg selalu membuka mata saya lebar2 akan begitu banyaknya hal baru dalam hidup. Dan sungguh benar, dialah yg menggosok seluruh karya kita, diamonds in the rough, menjadi berlian dgn faset indah nyaris sempurna yg akan memukau mata mereka yg melihatnya.That’s why, sayangilah editor anda…..

 

(Note : yang mau kasih tanggapan, silakan menuju link di atas :D)

About pemerhatikoloni

adalah salah satu pembaca Koloni, Komik Lokal Indonesia, yang ingin membagikan beberapa pendapatnya.
This entry was posted in Curhat Editor and tagged . Bookmark the permalink.

5 Responses to Editor Oh Editor

  1. Oni says:

    gara2 notes ini, tim komik tempat saya bergabung pun mengirim FR ke mbak Daisy…. hehehe…

    sungguh, editor itu memang segalanya…
    dan editor yg terakhir ini menangani 2 komik tim kami benar2 editor SUPER…
    pekerjaannya sebagai editor komik terjemahan juga (saya yakin) super banyak…. tapi beliau masih bersedia meluangkan waktu menangani para komikus/calon komikus indonesia di lini komik yg beliau pegang. setiap harinya konon ada 30-an submisi komik yg masuk! dan ngga mudah lho menangani para komikus2/calon komikus ini (coba deh sesekali mampir ke fanpage KOLONI & baca message wall-nya, hehe, saya sih udah pasti ngga bakalan sabar mereply mereka)

    makanya kami sangat sensi kalo ada yg mengata-ngatai editor kami itu… ^^;

  2. Udah saya bilang, Mas Editor kita itu bisa kagebunshin 8D dan Gedung Palmerah Barat itu sebenarnya adalah gedung pusat Clan Gramedia /oposeh

    Hahaha. Si Desi ini juga yang ngingetin saya selalu buat ndak kurang ajar sama editor, trus kadang2 cerita gimana para editor kerja, lifestyle dll, bagaimana komik itu bisa hidup dengan adanya keseimbangan antara penerbit dan komikusnya (bukan komikus centered kaya yang diumbar beberapa…oknum), apa yang terjadi sama percetakan dan editor kalau komik sampai ga laku… dan banyak laennya.

    Makanya, saya sebenernya pengen bisa nyebar tulisan semacam ini biar anak-anak yang pada baru nyemplung dalam industri ini juga paham keadaan dunia sebelah ‘sana’ dan sini :). (Satu sisi saya juga paham kalo ndak semua bisa… terima TAT)

  3. LSS says:

    Saya kurang menangkap maksudnya apa ini. Tapi buat saya editor ya ibarat pengubung lidah antara saya (sebagai penulis) dan (calon) pembaca sih. Jadi ya saya menghargai editor saya itu sebagai kepala ketiga (kalau rekan saya diibaratkan kepala kedua, urutan tak jadi masalah lah).

    Jadi ya di saat ribut sama rekan soal ide yang mau dibuat, kalimat editor yang jadi penengah =)) (eh, apa sih)

    • Yang saya pajang di sini itu curahan hati seorang teman yang pernah mencicipi kedudukan sebagai editor dan sempat hidup dalam lingkungan demikian. kan banyak itu temen-temen yang lain yang bekerja baik di bidang komik maupun novel yang ngga paham soal kehidupan editornya dan malah mikir yang macem2. XD

      • LSS says:

        Yah, saya masih awam banget sih soalnya xD

        Tapi sejauh ini Mr Editor pertama yang saya temui sih baik-baik aja jadi masih belum kepikiran aneh-aneh~ (curcol)

Leave a comment